UMM AD-DUNNIA

12/18/2010 10:09:00 AM


DETIK DI CAIRO
-Arbi Suhadat, 18 Disember 2010-

Biru langit itu,
hijau tenang alir sungai bersejarah penuh wadah,
bumi tandus penuh barakah,
saksi cinta agung ilahi,
bukti murka tuhan sang empunya dunia

kuning pasir menderu halus melitup ceritera sang durhaka,
egois, bongkak, durjana,
bagai diri empunya kuasa laksana tuhan yang esa,
hai Musa "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu",
alun ombak pantas membuka laluan luas,
menutup jalan keluar kuffar laskar firaun,
"lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka"
kemenangan bagi Musa dan pengikutnya

bening subuh,
garau suara sang muazzin,
bergema menghentikan lamunan mimpi lena,
sahut-menyahut bagai pesta di khan el-khalili,
bandar tandus itu mula bernyawa,
dengan tarian tramco dan teksi di jalanan,
serta irama sang supir memanggil pelanggan,
'abbud, tanta', ramsis, 'asyir, sabi'..
diikuti melodi hon penambah rasa,
jalanan di kaherah..

sejuk..hingga ke tulang,
kata 'ammu, musim sejuk di sini malamnya panjang,
paling di tunggu saat itu menjelang,
'ashir manjo, syawarma, falafel, bathotis, faathiroh jadi buruan,
atau sekadar 'isy dengan segenih mata wang dua warna,
menjamu selera tika malam tiba

angin kering lalu bersiul di pinggir kota metropolitan cairo,
merungkai sejuta kenangan pasti tak ku lupakan ke akhir zaman.

You Might Also Like

0 org cakap blakang

Wikipedia

Search results

Like us on Facebook

Flickr Images